Selasa, 22 Mei 2018

Mencintai Rasulullah dengan Ilmu


Nabi Muhammad SAW, Nabi terakhir yang membawa risalah wahyu kepada manusia. Beliau selalu dikelilingi para sahabat-sahabatnya setia dalam berdakwah dan mengatur negara. Rasulullah SAW telah menjadi teladan para shahabatnya, serta menjadi panutan dalam melangkah dan mengarungi samudera kehidupan yang dahsyat dengan gelombangnya. Ayat ini sangat populer dan banyak yang telah hafalلَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (QS.Al-Ahzab: 21)Suatu saat, ada seorang hamba sahaya bernama Tsauban yang sangat ingin berjumpa dengan Rasulullah SAW. Sebab, ia sangat mencintai dan mengagumi akhlak dan kepribadian Nabi akhir zaman tersebut. Namun, tempat tinggalnya sangat jauh, sehingga ia sulit berjumpa dengan Rasul SAW.Pada suatu hari, Tsauban dapat bertemu dengan Rasulullah, dapat bertemu dengan Rasulullah. Kesempatan itu digunakannya untuk mendengarkan segala nasihat dan tausiah dari Rasul SAW. Mengetahui Tsauban, Rasulullah tampak heran, sebab warna kulitnya tidak seperti warna kulit orang yang sehat, tubuhnya kurus, dan wajahnya menandakan kesedihan yang teramat mendalam. Rasul pun bertanya, “Apa yang menyebabkan kamu seperti ini?”“Wahai Rasulullah, yang menimpa diriku ini bukanlah penyakit, melainkan ini semua karena rasa rinduku padamu yang belum terobati, karena jarang bertemu denganmu. Dan, aku terus-menerus sangat gelisah sampai akhirnya aku dapat berjumpa denganmu hari ini,” ujarnya.“Ketika ingat akhirat, aku khawatir tidak dapat melihatmu lagi di sana. Karena, saya sadar bahwa engkau pasti akan dimasukkan ke dalam surga yang khusus diperuntukkan bagi para nabi. Kalaupun toh saya masuk surga, saya pasti tidak akan melihatmu lagi, karena saya berada dalam surga yang berbeda dengan surgamu. Apalagi jika saya nantinya masuk neraka, maka pastilah saya tidak akan dapat melihatmu lagi selama-lamanya,” tukas Tsauban. Mendengar curahan hati si budak Tsauban tersebut, Rasulullah pun menjawab, “Insya Allah engkau (berkumpul) bersamaku di surga.”Kisah di atas menyiratkan akan ganjaran bagi orang yang memiliki kekaguman dan kecintaan akan sosok Nabi Muhammad SAW. Bahkan, kerinduannya untuk bertemu dengan sang pujaan, mengalahkan segalanya hingga kesehatannya menurun drastis.Bentuk kecintaan pada Rasulullah, bukan diukur melalui berapa banyak pujaan atau pujian untuk Rasulullah SAW, melainkan bagaimana sikap dan perilakunya untuk melaksanakan segala apa yang biasa dilakukan oleh panutannya itu (menjalankan sunah). Artinya, kecintaan itu datangnya dari hati dan diamalkan dengan perbuatan, bukan dengan sekadar kata-kata.Di saat banyak orang menyebarkan fitnah yang dialamatkan pada Rasul SAW, maka salah satu bentuk kecintaan seorang Muslim yang bisa diwujudkan adalah dengan kembali menelaah lebih dalam sirah kehidupan beliau melalui berbagai literatur tentang pribadi beliau.Sebab, pengetahuan yang minim tentang Rasulullah pada sebagian umat Islam, akan menjadi celah bagi sejumlah pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melemahkan keyakinan umat Islam lewat propaganda dan pemutarbalikkan fakta. Karena itu, dalam membaca sirah nabawiyah pun, harus dipahami makna dan esensi dari akhlak Rasul SAW.Dan satu hal yang paling esensial dalam menumbuhkan kecintaan pada Rasul SAW adalah meneladani segala perbuatan dan perkataannya. Juga menaati apa yang diperintah dan menjauhi semua yang dilarangnya.
Rasulullah SAW. diakui oleh lawan maupun kawan bahwa beliau berakhlak mulia. Diantara akhlak mulia yang dimiliki Rasulullah SAW. adalah sifat Shiddiq, Amanat, Fathonah dan Tabligh. Siapapun Orang yang beriman baik sebagai pemimpin maupun orang yang dipimpin, perlu meneladani sifat wajib Rasulullah SAW agar berakhlak mulia dan tinggi kepribadiannya.
a. Sifat Shiddiq
Shiddiq adalah benar ucapannya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kalau bicara nya lain dengan kenyataan, maka itulah yang disebut dusta / bohong. Orang yang selalu benar bicaranya menjadi Orang yang baik-baik dan membawanya ke Surga. Allah SWT mencatatnya sebagai Orang yang jujur. Dan orang yang suka berdusta dalam berbicara, dia akan menjadi orang yang jahat dan menyeretnya ke jurang api neraka. Allah SWT mencatatnya sebagai Pendusta.Apakah kita ingin menjadi orang yang baik-baik ? Jawabannya adalah “ Jujur “. Orang yang beriman harus selalu dalam berbicara, berpegang teguh pada kebenaran dan siap membela kebenaran. Kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, tidak perlu diragukan lagi.
b. Sifat Amanat
Amanat artinya dapat dipercaya perbuatannya. Melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya, menyampaikan dan menjaga apapun yang dipercayakan kepadanya. Sebaliknya apabila seseorang yang diberi kepercayaan tidak dapat melaksanakan, menyampaikan dan menjaganya dengan baik itulah yang disebut Khianat. Orang yang dapat menjaga amanatlah yang akan diberi kepercayaan oleh Orang lain. Dan kepercayaan orang lain itu merupakan modal dasar yang sangat tinggi nilainya.
c. Sifat Fathonah
Fathonah artinya cerdas. Setiap orang telah diberi kecerdasan oleh Allah SWT yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Dengan kecerdasan kita dapat menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang tentu sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern ini. Dengan Ilmu lah kebahagiaan hidup akan dapat dicapai, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagai pelajar kita tentu harus bisa menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar dapat mengikuti perkembangan zaman, dan yang penting lagi dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
d. Sifat Tabligh
Tabligh adalah menyampaikan wahyu dari Allah SWT. Wahyu adalah petunjuk yang benar yang menjadi landasan hidup kita dan membimbing kita dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki baik didunia maupun di akhirat. Untuk mencapai hal tersebut kita wajib saling mengingatkan satu sama lain, mengajak yang baik dan benar serta mencegah kemunkaran, agar tercipta masyarakat yang baik, damai dan sejahtera.
Itulah 4 sifat kepribadian Rasulullah SAW yang harus kita contoh agar kita menjadi orang yang baik, terpercaya, cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat. Dan yang lebih khusus lagi, Rasulullah Muhammad SAW memiliki gelar sebagai ‘uswatun khasanah’.
Teladan yang diajarkan Rasulullah SAW tidak hanya sebatas pada persoalan ibadah. Hal itu mencakup juga pada hubungan dalam membina rumah tangga. Dalam hal rumah tangga, Rasulullah SAW ternyata memiliki sifat santun dan penyayang. Bahkan, Rasulullah SAW tidak segan membantu istri-istrinya mengerjakan pekerjaan rumah dengan ikhlas hati tanpa harus diminta.
Sahabatku, kunci utama dari keteladanan Rasulullah SAW, yaitu memberi contoh (berbuat) Sebelum menyuruh (mengatakan). Kita pun harus demikian, kita harus memberi contoh yang baik terlebih dahulu sebelum menyerukannya kepada orang lain. Sebagai saran, marilah kita masing-masing mengaktualisasikan keteladanan Rasulullah SAW, agar kita benar-benar menjadi ‘teladan sejati’ seperti halnya Rasulullah SAW. Tokoh favorit, idola dan tokoh panutan ideal dan memang seharusnya kita muslim harus berlaku seperti itu.
Wallahu a’lam.
Oleh : Muhammad Itsbatun Najih
sumber:percikaniman.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar