Mati adalah keniscayaan bagi setiap makhluk. Khusus untuk manusia, mati membawa konsekuensi berupa partanggung jawaban atas apa yang dilakukan di dunia. Pertanggung jawaban ini dimulai sejak dia berada dalam alam kubur.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziy mengisahkan tentang prosesi seorang hamba yang kafir ketika nyawanya dicabut hingga mendapatkan pertanyaan di dalam kubur. Kisah ini diambil dari hadis al-Bara bin Azib.
Ketika itu, Nabi Muhammad SAW mendatangi mereka yang sedang mengurus jenazah di Baqi’ al-Fardad. Rasulullah SAW berkata jika hamba itu menuju akhirat dan terputus dari dunia maka para malaikat turun kepadanya dengan wajah menghitam.
Malaikat itu membawa kain tenun yang kasar. Mereka duduk sejauh mata memandang. Malaikat pencabutnya datang hingga duduk di dekat kepalanya seraya berkata, Hai jiwa yang kotor, keluarlah kepada kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.
Rohnya lantas berpencar-pencar di badannya. Malaikat itu pun mencabut rohnya sebagaimana dia mencabut besi tusuk dari kain wol yang basah.
Jika malaikat pencabut nyawa sudah mengambil rohnya, malaikat lain tidak membiarkan roh itu ada di tangan malaikat pencabut nyawa sekejap mata pun hingga mereka meletakkannya di atas kain itu.
Kain itu mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai di bumi. Para malaikat membawanya naik. Mereka tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan bertanya, Apa bau yang busuk ini?
Para malaikat yang membawa rohnya menjawab, Dia fulan bin fulan. Sebutannya begitu buruk sebagaimana namanya dipanggil di dunia. Langit itu tidak terbuka ketika diminta untuk dibukakan baginya.
Rasulullah SAW pun membacakan ayat,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“… tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum …” (QS al-Araf: 40).
Allah SWT berfirman, Tulislah kitabnya di dalam penjara di bumi yang bawah. Rohnya dilemparkan dengan sekali lemparan. Nabi SAW kemudian membacakan ayat,
وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“… dan barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS al-Hajj:31).
Rohnya lantas dikembalikan ke badan. Setelah itu, dua malaikat mendatanginya seraya bertanya, Siapakah Rabbmu? Dia menjawab, Hah-hah, aku tidak tahu.
Siapakah orang yang diutus di tengah kalian ini? tanya dua malaikat. Hah-hah, aku tidak tahu, jawabnya.
Lalu, ada penyeru yang berseru dari arah langit. Hamba-Ku ini telah berdusta. Maka bentangkanlah neraka baginya dan bukakanlah pintu yang menuju neraka. Maka didatangkanlah kepada panas dan racun neraka dan kuburnya disempitkan hingga tulang-tulangnya terlepas.
Dia didatangi seorang lelaki yang buruk wajahnya, buruk pakaiannya, dan mengelu- arkan bau busuk. Seraya berkata, Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.
Hamba itu bertanya, Siapa engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang sambil membawa keburukan. Orang yang datang menjawab, Aku adalah amalmu yang buruk. Hamba itu berkata, Ya Rabbi, janganlah Engkau datangkan hari kiamat.
Di dalam buku ar-Ruh wan-Nafs karya al-Hafizh Abu Abdullah bin Mandah diterangkan bagaimana hamba yang kafir mendapatkan siksa kubur.
Ketika roh dikembalikan lagi ke tempatnya berbaring, Munkar dan Nakir mendatanginya sambil menaburkan tanah dengan kedua taringnya.
Mereka menggali tanah dengan rambutnya. Suaranya seperti halilintar yang menggelegar sementara pandangannya seperti kilat yang menyambar.
Dua malaikat ini mendudukkan mayat itu kemudian berkata, Siapakah Rabbmu?
Dia menjawab, Aku tidak tahu. Kemudian, ada yang berseru dari arah samping kubur. Kamu memang tidak tahu. Malaikat Munkar dan Nakir memukulinya dengan tongkat besi.
Meski timur dan barat menyatu, puukulan ini tidak berkurang. Kuburnya pun menyempit hingga tulang- tulang rusuknya tercecer. Pintu neraka dibukakan di hadapannya. Dia melihat tempat duduk di dalam neraka itu hingga tiba hari kiamat.
Macam-macam Siksa Kubur
1. Diperlihatkan neraka jahannam
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (QS. Ghafir: 46)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدَهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian mati maka akan ditampakkan kepadanya calon tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Bila dia termasuk calon penghuni surga, maka ditampakkan kepadanya surga. Bila dia termasuk calon penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya neraka, dikatakan kepadanya: ‘Ini calon tempat tinggalmu, hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat’.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Dipukul dengan palu dari besiDari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيَقُولَانِ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَاقٍ مِنْ حَدِيدٍ بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ فَيَسْمَعُهَا مَنْ عَلَيْهَا غَيْرُ الثَّقَلَيْنِ
Adapun orang kafir atau munafik, maka kedua malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Apa jawabanmu tentang orang ini (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)?” Dia mengatakan: “Aku tidak tahu. Aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.” Maka kedua malaikat itu mengatakan: “Engkau tidak tahu?! Engkau tidak membaca?!” Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan jeritan yang sangat keras yang didengar seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan: jin dan manusia.” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Disempitkan kuburnya, sampai tulang-tulang rusuknya saling bersilangan, dan didatangi teman yang buruk wajahnya dan busuk baunyaDalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang orang kafir setelah mati:
فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا مِنَ النَّارِ؛ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسُمُومِهَا وَيَضِيقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوؤُكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ، فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ الَّذِي يَجِيءُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ. فَيَقُولُ: رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
“Gelarkanlah untuknya alas tidur dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke neraka. Maka panas dan uap panasnya mengenainya. Lalu disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya berimpitan. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya, jelek pakaiannya, dan busuk baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah engkau dengan perkara yang akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
4. Dirobek-robek mulutnya, dimasukkan ke dalam tanur yang dibakar, dipecah kepalanya di atas batu, ada pula yang disiksa di sungai darah, bila mau keluar dari sungai itu dilempari batu pada mulutnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Jibril dan Mikail ‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang:
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab: “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak mengamalkannya. Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat orang yang disiksa dalam tanur, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiyallahu ‘anhu)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang besar dan ganasRasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ
“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.”)
Amalan Penyelamat Siksa KuburApa yang bisa menyelamatkan dari siksa kubur? Jawaban atas pertanyaan dapat disampaikan lewat dua sisi: global dan rinci. Jawaban secara global ialah dengan menghindari semua sebab yang mendatangkan siksa kubur.
Cara yang paling efektif, seseorang duduk barang sejenak sebelum tidur malam, lalu menghisab dirinya, apa kerugian dan keuntungan pada hari itu.
Kemudian dia memperbarui taubat yang sebenar-benarnya antara dirinya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, lalu tidur dalam keadaan taubat dan berjanji untuk tidak mengulangi dosa yang diperbuatnya jika dia bangun pada keesokan harinya.
Hal ini harus dilakukan setiap malam. Jika dia mati pada malam itu, maka dia mati dalam keadaan bertaubat, dan jika bangun, maka dia siap untuk bekerja dengan senang hati.
Karena ajalnya belum tiba, sehingga dia masih mempunyai kesempatan menghadap kepada Allah dan melakukan apa yang belum dilakukannya.
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hamba selain dari cara tidur seperti ini. Apalagi jika disertai dengan dzikir kepada Allah dan melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam menjelang tidur.
Siapa yang Allah menghendaki kebaikan pada dirinya, tentu dia akan mendapat taufik-Nya.
Adapun jawaban secara rinci, dapat kami sampaikan beberapa hadits Rasulullah , berisi penjelasan tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dari siksa kubur.
Muslim meriwayatkan di dalam Shahih-nya, dari Salman r.a, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Menyiapkan tali selama sehari semalam lebih baik daripada puasa sebulan beserta shalat malamnya. Jika dia meninggal, maka dia diberi balasan atas amal yang dilaksanakannya, diberi pahala berupa rezekinya dan dia selamat dari ujian (kubur).”
Dalam Jami’ At-Tirmidzi, dari hadits Fudhalah bin Ubaid, dari Rasulullah, beliau bersabda, “Setiap orang yang meninggal disudahi berdasarkan amalnya, kecuali orang yang meninggal dalam keadaan mempersiapkan tali kudanya di jalan Allah.
Sesungguhnya amalnya ditumbuhkan baginya hingga hari kiamat dan dia selamat dari ujian kubur.”
Di dalam Sunan An-Nasa’i disebutkan dari Rusydain bin Sa’d, dari seseorang shahabat Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam, bahwa seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana orang-orang Mukmin mendapat siksa di dalam kubur mereka kecuali orang yang mati syahid?” Beliau menjawab, “Kilatan pedang yang berkelebat di atas kepalanya sudah cukup sebagai ujian.”
Dari Al-Miqdam bin Ma’fi Yakrib, dia berkata, “Rasulullah bersabda, “Orang mati syahid mempunyai enam perkara di sisi Allah: Dosanya diampuni pada percikan darahnya yang pertama, dia melihat tempat duduknya dari surga, dilindungi dari siksa kubur, selamat dari ketakutan yang besar, di atas kepalanya diletakkan mahkota kewibawaan, yaqut baginya lebih baik daripada dunia dan seisinya, menikah dengan tujuh puluh dua bidadari, dan dia dapat memintakan syafaat bagi tujuh puluh kerabatnya.”
Dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata, “Seseorang dari shahabat Rasulullah mendirikan kemah di atas sebuah kuburan, dan dia tidak menyangka bahwa di tempat itu ada kuburannya. Ternyata itu adalah kuburan orang yang membaca surat Al-Mulk hingga selesai ketika meninggalnya. Maka shahabat itu menemui beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku mendirikan kemah di atas sebuah kuburan dan aku tidak menyangka bahwa di tempat itu ada kuburannya. Ternyata itu adalah kuburan orang yang membaca surat Al-Mulk hingga selesai ketika meninggalnya.”
Maka beliau bersabda, “Surat Al-Mulk adalah pencegah dan penyelamat, yang menyelamatkan orang itu dari siksa kubur.”
Di dalam Musnad Abd bin Humaid, dari Ibrahim bin Al-Hakam, dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a, bahwa dia berkata kepada seseorang, “Sudikah engkau jika aku menyampaikan sebuah hadits yang membuatmu merasa senang?”
Orang itu menjawab, “Ya.”
Ibnu Abbas berkata, “Bacalah surat Al-Mulk, hapalkanlah ia dan ajarkan pula kepada istrimu, anakmu, anggota keluargamu dan tetangga-tetanggamu, karena surat Al-Mulk adalah penyelamat dan penentang yang menentang pada hari kiamat di sisi Rabb-nya bagi kepentingan pembacanya, ia meminta agar Allah menyelamatkannya dari siksa neraka jika ia berada di dalam neraka, dan agar Allah menyelamatkannya dari siksa kubur.”
Lalu Rasulullah bersabda, “Aku ingin sekiranya hal itu ada dalam hati setiap orang dari umatku.”
Abu Umar bin Abdil-Barr berkata, “Ada riwayat yang shahih dari Rasulullah, beliau bersabda, “Sesungguhnya surat (Al-Mulk) sebanyak tiga puluh ayat dapat memberi syafaat kepada pembacanya, hingga dosanya diampuni.”
Di dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari hadits Abu Hurairah r.a, dan dia memarfu’kannya, “Barangsiapa meninggal dunia karena sakit perut, maka dia meninggal sebagai syahid dan dia dilindungi dari siksa kubur, diberi makan dan diberi keuntungan berupa rezeki dari surga.”
Di dalam Sunan An-Nasa’i disebutkan dari Jami’ bin Syaddad, dia berkala, “Aku pernah mendengar Abdullah bin Yasykur berkata, “Aku pernah duduk bersama Salman bin Sharshad dan Khalid bin Urfuthah, lalu banyak orang yang bercerita tentang seseorang yang meninggal karena sakit perut, sementara Salman dan Khalid ini ingin sekali menyaksikan jenazah orang itu. Maka salah seorang di antara mereka berdua berkata kepada temannya, “Bukankah Rasulullah bersabda, “Barangsiapa meninggal karena sakit perut, maka dia tidak disiksa di kubur.”
Ada pula hadits tentang sesuatu yang bisa menyelamatkan dari siksa kubur, yaitu hadits yang diriwayatkan Abu Musa Al-Madini, yang alasannya dijelaskan di dalam kitabnya, At-Targhib wat-Tarhib, dan dia pun menguraikannya. Dia meriwayatkannya dari hadits Al-Faraj bin Fudhalah, dia berkata, “Kami diberitahu Hilal Abu Jabalah, dari Sa’id bin Al-Musayyab, dari Abdurrahman bin Samurah, dia berkata, “Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam mendatangi kami, yang ketika itu kami berada di Shuffah, tempat yang biasa dihuni orang-orang fakir miskin, di Madinah. Beliau berdiri di hadapan kami seraya bersabda, “Semalam aku bermimpi yang benar-benar menakjubkan. Aku melihat seorang laki-laki dari umatku yang dikepung syetan-syetan. Dia didatangi dzikir kepada Allah, yang membuat syetan-syetan itu terbang menjauhinya.
Aku juga melihat laki-laki lain dari umatku yang dikepung para malaikat adzab. Dia didatangi shalat, yang membuatnya selamat dari tangan-tangan para malaikat itu. Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan. Setiap kali dia mendekati kubangan air, dia dicegah dan diusir. Lalu dia didatangi puasa bulan Ramadhan, yang membuat bisa mendapatkan air minum hingga kenyang.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku dan para nabi yang duduk membentuk suatu lingkaran. Setiap kali orang itu mendekat ke lingkaran para nabi itu, maka dia dicegah dan diusir. Lalu dia didatangi kesuciannya dari junub, yang menghela tangannya dan mendudukkannya di sisiku.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang dikelilingi kegelapan, dari depan, belakang, samping kiri dan kanannya, atas dan bawahnya, dan dia dalam keadaan bingung dalam kegelapan itu. Lalu dia didatangi haji dan umrahnya, lalu mengeluarkannya dari kegelapan itu dan memasukkannya ke tempat yang terang bercahaya.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang ketakutan oleh kobaran api dan jilatannya. Lalu dia didatangi shadaqahnya, sehingga shadaqah itu menjadi tabir antara dirinya dan api, dan juga menjadi lindungan bagi kepalanya.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang berbicara kepada orang-orang Mukmin, tapi mereka tidak mau berbicara kepadanya. Lalu dia didatangi silaturrahimnya, yang berkata, ‘Wahai semua orang Mukmin, dia adalah orang yang suka bersilaturrahim. Maka berbicaralah kepadanya.’ Maka mereka pun berbicara kepadanya dan menyalaminya, sehingga dia pun menyalami mereka.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang dikepung kalajengking. Lalu didatangi amar ma’ruf nahi munkar-nya, sehingga dia selamat dari sengatan kalajengking itu.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang berlutut, yang antara dirinya dan Allah ada tabir. Lalu dia didatangi akhlaknya yang baik, sehingga dia dituntun Allah dan dibawa ke sisi-Nya.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang Shahifahnya akan menuju tangan kirinya. Lalu dia didatangi ketakutannya kepada Allah, sehingga Shahifah itu berada di tangan kanannya.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang ada di belakang timbangannya. Lalu dia didatangi anak-anaknya yang mati ketika masih kecil, lalu mereka memindahkan timbangan itu.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang berdiri di bibir neraka Jahannam, lalu dia didatangi pengharapannya kepada Allah, sehingga dia diselamatkan dari tempat itu dan dia menyingkir dari sana.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang sudah berada di dalam neraka. Lalu dia didatangi tangisnya karena takut kepada Allah, lalu dia diselamatkan dari sana.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang berdiri di atas Ash-Shirathul-Mustaqim yang gemetaran di atasnya sebagaimana pelepah daun yang bergoyang-goyang karena diterpa angin kencang. Lalu dia didatangi persangkaan baiknya terhadap Allah, sehingga dia menjadi tenang dan dapat menyeberanginya.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang merayap di atas Ash-Shirath, terkadang dia merangkak dan terkadang bergantungan. Lalu dia didatangi shalatnya, sehingga dia bisa berdiri tegak di atas Ash-Shirath dan dapat melaluinya.
Aku juga melihat seorang laki-laki dari umatku yang berhenti di ambang pintu surga, dan pintu itu ditutup di hadapannya. Lalu dia didatangi syahadatnya, hingga pintu itu pun dibukakan baginya, lalu dia dimasukkan ke dalam surga.”
Menurut Al-Hafizh Abu Musa, hadits ini hasan, diriwayatkan dari Sa’id bin Al-Musayyab dan Umar bin Dzarr serta Ali bin Zaid bin Jud’an.*/Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dari kitab ar-Ruh.
Sumber: voice-muslim.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar