Seorang eks tahanan Cina mengungkapkan kepada media bagaimana pihak berwenang Cina memaksa tahanan muslim di kamp pengasingan menyantap makanan haram, termasuk daging babi dan minuman beralkohol.
Pengakuan itu disampaikan oleh bekas tahanan bernama Omir Bekalic, 42 tahun, kepada situs berita online dari Inggris Independent.co.uk, Jumat 18 Mei 2018.
Dia seorang muslim Kazakhstan ditangkap oleh badan keamanan Cina ketika memasuki perbatasan Cina dari Kazakhstan untuk mengunjungi orang tuanya pada 23 Maret 2017.
Setelah berada di rumah orang tuanya selama dua hari, dia dijemput oleh lima polisi Cina di Karamay. Selanjutnya, dia digelandang ke Kantor Keamanan Umum Distrik Baijiantan, Karamay, bersama 17 tahanan lainnya. “Mereka ditempatkan di sel sempit.”
Dengan kaki dan tangan dirantai, Bekalic ditanyai tentang pekerjaannya, sebelum akhirnya dituduh membantu muslim Cina melarikan diri.
Ketika dalam dalam tahanan, Bekalic mengaku bersama tahanan lainnya dipaksa menolak dan membenci Islam, termasuk mendapatkan hukuman keras.
“Mereka dipaksa makan daging babi jika tidak memenuhi permintaan polisi,” tulis Independent.
Selain itu, tulis Associated Press sebagaimana dikutip ABC News, mereka juga dipaksa mengkritik diri sendiri dan orang-orang yang dicintai, serta diminta berterima kasih kepada Partai Komunis yang kuat.
“Ketika dia menolak mengikuti instruksi, Bekalic dipaksa berdiri menghadap dinding selama lima jam. Seminggu kemudian, dia dikirim ke isolasi sel tanpa makanan selama 24 jam,” ABC Newsmelaporkan.
“Peristiwa itu masih menghantui saya sampai hari ini. Tekanan fisik dan mental yang harus dihadapi adalah menyakitkan, saya pernah berpikir bunuh diri,” kata Bekalic, yang dibebaskan setelah kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan.
Sekitar 900 ribu hingga satu juta muslim Cina telah ditahan di kamp ‘pendidikan kembali’ di wilayah Xinjiang dalam upaya Beijing mengekang gerakan separatis.
Penahanan ini ditujukan untuk mengubah pemikiran politik para tahanan, menghapus kepercayaan dalam Islam dan membentuk kembali identitas mereka.
Pejabat di Xinjiang menolak berkomentar terkait keberadaan kamp, tetapi beberapa keterangan mereka seperti dikutip sejumlah media mengatakan, perubahan ideologis diperlukan untuk memerangi separatisme dan ekstremisme Islam.
Kaum Muslim Uyghur di Xianjiang menjadi sasaran penangkapan dalam beberapa tahun terakhir, dan Cina menganggap wilayah itu sebagai ancaman bagi perdamaian di sebuah negara di mana mayoritas adalah etnis Han.
Sumber: tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar